Komunitas pers nasional, khususnya di kalangan media siber, menghadapi tugas yang semakin berat di tengah persaingan yang semakin ketat yang terkadang memaksa pengelola redaksi maupun bisnis melakukan hal-hal ekstra.
Namun demikian, seketat apa pun persaingan yang terjadi, sebagai bagian dari masyarakat pers nasional harus media siber harus tetap tunduk pada kewajiban memproduksi berita yang sesuai dengan kaidah jurnalistik yang berlaku, tidak menyebarkan kebencian dan fitnah.
Demikian dikatakan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMS) Teguh Santosa ketika menyampaikan pesan usai mengumumkan susunan Pengurus Pusat JMSI periode 2020-2025 dalam pertemuan yang diselenggarakan secara virtual, Senin (13/7).
“Tantangan yang kita hadapi semakin berat. Persaingan media terkadang memaksa kita untuk melakukan hal ekstra. Kalau kita bicara tentang produk pemberitaan, kita menyaksikan pertarungan bebas bebas. Ini perlu dikawal agar kita tidak keluar dari kaidah-kaidah jurnalistik,” ujar Teguh yang ketika menyampaikan hal itu didampingi Wakil Ketua Umum Rahiman Dani, Sekretaris Jenderal Mahmud Marhaba, dan Ketua bidang Kesekretariatan, Pendataan Anggota dan Verifikasi, Ari Rahman.
Teguh melanjutkan, karena tantangan yang semakin berat itulah, JMSI meminta bantuan dan bimbingan dari para ahli, termasuk beberapa wartawan senior yang kini bertugas di Dewan Pers, seperti Agung D kita yang sekarang bertugas di Dewan Pers. ujar Teguh Sambil menyebut nama Agung Darmajaya dan Marah Sakti Siregar yang dipercaya untuk duduk di Dewan Pakar JMSI.
“Kita membutuhkan bantuan mereka agar produk jurnalistik yang kita hasilkan adalah produk jurnalistik yang baik, yang taat pada etika jurnalistik, bertujuan untuk kepentingan umum, tidak terjebak pada sensasionalisme, tidak berpretensi untuk menyebarkan kebencian, tidak berpretensi untuk menyebarkan kabar bohon, fitnah, hoax, dan seterusnya,” urai Teguh yang pernah menjadi anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Selain soal produk jurnalistik, Teguh Santosa juga menyoroti sisi bisnis media siber yang menghadapi persoalan tidak kalah pelik.
“Untuk chamber bisnis ini tantangannya lebih berat lagi. Kita dihadapkan pada keragu-raguan apakah media masih punya masa depan. Atau kalau kita mau turunkan lagi, apakah media siber punya masa depan,” kata Teguh.
Teguh berharap Bidang Pengembangan Potensi Daerah dapat bekerja untuk membantu sisi bisnis perusahaan media siber yang menjadi anggota JMSI di berbagai provinsi.
“Setiap daerah di Indonesia adalah unik. Media siber sebagai pelaku pers lokal tentu bisa menangkap keunikan daerah masing-masing. Pers harus bisa membantu pengembangan potensi daerah. Itu juga concern kita,” sambung Teguh.
Teguh juga menyampaikan harapannya agar JMSI dapat memproduksi berbagai kajian ilmiah terkait perkembangan teknologi siber di samping praktik jurnalistik, serta hal-hal lain yang relevan dengan tujuan menciptakan ekosistem pers nasional yang sehat dan profesional.
Kajian-kajian itu, diharapkannya dapat diformulasikan dalam bentuk jurnal ilmiah yang diterbitkan secara berkala dan dikerjakan bersama lembaga pendidikan tinggi.