Marah Sakti Siregar: Bisnis Media Siber yang Sehat Ditopang Good Journalism

Laporan: Tim Redaksi JMSI
KOMENTAR
post image
Anggota Dewan Pakar Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Marah Sakti Siregar.

Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) yang masih terbilang muda diharapkan dapat menemukan konsep dan model bisnis yang ditopang oleh jurnalisme yang sehat.

Pengurus JMSI baik di pusat maupun di daerah diharapkan percaya bahwa bisnis media siber yang bagus mestilah ditunjang jurnalisme yang bagus pula.

Berita Terkait


Hanya dengan demikian, media siber dapat hidup dan tumbuh tanpa mengotori ruang publik.

Demikian disampaikan wartawan senior Marah Sakti Siregar yang duduk sebagai anggota Dewan Pakar Pengurus Pusat JMSI.

Pernyataan ini disampaikan usai pengumuman Pengurus Pusat JMSI priode 2020-2025 yang dilakukan Senin (13/7). Susunan pengurus dibacakan Ketua Umum Teguh Santosa didampingi Wakil Ketua Umum Rahiman Dani, Sekretaris Jenderal Mahmud Marhaba, dan Ketua bidang Kesekretariatan, Pendataan Anggota dan Verifikasi, Ari Rahman.

“Banyak media siber yang akhirnya menjadi sampah, mohon maaf, dan itu bisa menimbulkan antipati masyaralat pada jurnalisme,” ujar Marah Sakti yang juga Tenaga Ahli Dewan Pers.  

Marah Sakti Siregar mengatakan, dirinya bersedia bergabung dengan JMSI karena organisasi itu ikut dibangun oleh sejumlah tokoh media yang dikenalnya sebagai individu-individu yang militan dan memiliki komitmen terhadap praktik jurnalisme yang baik. Marah Sakti menyebut nama Teguh Santosa, Mahmud Marhaba, juga Ramon Damora yang dalam kepengurusan ini duduk sebagai Ketua bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Literasi, serta Dheni Kurnia yang adalah Ketua JMSI Riau.

Dia juga berharap JMSI akan lebih menekankan soal kualitas anggota daripada kuantitas anggota.

Marah Sakti Siregar mengatakan, sedang terjadi arus balik kepercayaan masyarakat terhadap media siber. Masyarakat yang tadinya meninggalkan pers dan berpaling kepada media sosial, kini kembali melirik media massa berbasis siber setelah menyadari bahwa media sosial sangat mudah terjebak pada penyebaran ujaran kebencian dan hoax.

“Ada fenomena menuju new equilibrium. Mulai muncul kampanye memboikot media sosial. Pengikloan besar juga ikut memboikot,” sambungnya.

Menurutnya, inilah momentum berharga yang sedang dihadapi JMSI. sangat disayangkan kalau momentum ini lepas hanya karena JMSI terjebak pda upaya memperbanyak anggota tanpa memperhatikan kualitas jurnalisme yang dihasilkan anggota.

“Mudah-mudahan organisasi baru ini bisa bermanfaat bukan hanya untuk komunitasnya, tetapi juga untuk masyarakat, untuk jurnalisme yang baik, dan untuk bisnis tentu saja,” sambungnya.

Hal lain yang disampaikan Marah Sakti Siregar adalah soal pilihan kata yang digunakan JMSI pada nama.

“Kata jaringan lebih pas, lebih tepat. Jaringan bisa membuktikan kekuatan, persatuan, kekompakan, pertemanan, untuk membangun bersama-sama,” demikian Marah Sakti Siregar.

Foto Lainnya