Koferensi pers secara tatap muka perlu dikurangi untuk menekan penyebaran virus corona baru.
"Saya setuju (konferensi pers tatap muka dikurangi) dengan meningkatnya beberapa klaster dan kasus baru, mestinya kita menahan diri untuk tidak melakukan pernyataan pers yang sifatnya offline," ujar anggota Dewan Pers, Arif Zulkifli, seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Selasa (4/8).
Arif juga mengatakan, Dewan Pers tengah menghimpun kerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan tes massal Covid-19 di kalangan wartawan.
Tes tersebut untuk mengurangi rasa khawatir wartawan saat meliput peristiwa ataupun konpers.
"Jadi kita lagi susun mekanisme, siapa yang didahulukan dan sebagainya itu lagi disusun. Semoga dalam waktu dekat bisa kita terapkan. Karena saya tahu wartawan juga gelisah kalau dia tidak tahu," ujarnya.
Permintaan serupa juga disampaikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
"Pemerintah melalui lembaga-lembaga negara memang sebaiknya bisa berkontribusi dengan mengurangi munculnya klaster baru dengan meminimalisir kegiatan offline. Konpers dikurangi lah," kata Ketua AJI Abdul Manan, juga dikutip dari CNNIndonesia.com.
Manan mengatakan kegiatan konferensi pers yang dialihkan dari tatap muka menjadi online atau virtual tak akan mengurangi nilai informasi yang disampaikan. Menurutnya, upaya tersebut juga untuk menjaga keselamatan wartawan.
"Kecuali sesuatu yang sifatnya sangat darurat. Kalau sifatnya memberikan informasi saya kira itu kan tidak berkurang nilainya kalau disampaikan secara daring. Jadi informasi dapat, di sisi lain menjaga keselamatan wartawan," ujarnya.
Manan juga meminta agar perusahaan media bisa lebih selektif dalam mengirim wartawan untuk meliput suatu kegiatan atau peristiwa. Menurutnya, perusahaan wajib melengkapi wartawann dengan alat-alat pelindung dari risiko penularan virus corona jika terpaksa menugaskan ke lapangan.
"Terakhir, wartawan juga harus punya kesadaran mematuhi protokol kesehatan," katanya.