Berita

50 Wartawan Tewas dalam Tugas di Tahun 2020

Laporan: Tim Redaksi JMSI
KOMENTAR
post image
Ilustrasi/Net

Setidaknya 50 wartawan dan pekerja media di seluruh dunia tewas saat bertugas sepanjang tahun 2020 ini.

Data tersebut terungkap dalam laporan tahunan Reporters Without Borders (RSF) yang dirilis pada Selasa (29/12). Sebagai catatan, laporan iitu dibuat dengan mengumpulkan data mulai tanggal 1 Januari hingga 15 Desember 2020.

Tinjauan tersebut menunjukkan bahwa 50 wartawan tersebut dibunuh saat bertugas. Sebagian besar di antara mereka justru berada di negara yang tidak sedang berperang.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa wartawan semakin menjadi sasaran "empuk" dan rentan dibunuh karena pekerjaan mereka.

Laporan yang sama menyebut bahwa sekitar 84 wartawan yang dibunuh tahun ini sengaja menjadi sasaran. Jumlah ini meningkat dari tahun 2019 lalu yakni sebanyak 63 persen.

Di antara mereka yang dibunuh, wartawan yang menerbitkan berita investigasi sangat rentan terhadap serangan. Laporan itu menemukan bahwa 10 wartawan dibunuh setelah mereka menerbitkan investigasi kasus korupsi lokal atau penyalahgunaan dana publik.

Selain itu, ada empat wartawan lain yang dibunuh karena mereka mengemukakan cerita mengenai kejahatan terorganisir.

RSF juga mencatat "tren" baru di tahun 2020, di mana ada tujuh wartawan yang tewas saat meliput protes.

Sebenarnya secara keseluruhan, jumlah wartawan yang tewas pada tahun ini sedikit lebih rendah daripada tahun 2019, di mana ada 53 wartawan yang tewas saat bertugas.

Hal ini diperkirakan juga sebagai bagian dari dampak pandemi Covid-19 di mana lebih sedikit wartawan yang turun ke lapangan.

Meski begitu bukan berarti itu adalah kabar baik. Karena pembunuhan pekerja media serta wartawan tidak seharusnya dimaklumi.

Terlebih, laporan RSF menyebut bahwa mayoritas dari kasus pembunuhan wartawan pada tahun ini justru terjadi di negara-negara. yang dianggap "damai". Sebanyak 68 persen wartawan yang dibunuh pada tahun ini bekerja di negara-negara yang tidak berperang. Jumlah itu naik dari semula 62 persen pada tahun lalu.

"Beberapa orang mungkin berpikir bahwa wartawan hanyalah korban dari risiko profesi mereka, tetapi wartawan semakin menjadi sasaran ketika mereka menyelidiki atau meliput subjek sensitif. Yang diserang adalah hak untuk diinformasikan, yang merupakan hak semua orang," kata Sekretaris Jenderal RSF, Christophe Deloire seperti dikabarkan CNN.

Foto Lainnya

Bertemu JMSI, Wamen Komdigi Ajak Perusahaan Media Siber Sadari Perkembangan AI

Sebelumnya

Bawaslu dan JMSI Nunukan Teken Mou

Berikutnya

Artikel Berita