Perkembangan media massa berbasis internet atau media siber yang pesat diyakini akan semakin pesat. Pertumbuhan dunia digital adalah sebuah keniscayaan. Persoalannya adalah bagamana pengelola media memanfaatkan peluang emas tersebut.
Demikian antara lain kesimpulan dialog antara budayawan dan pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan wartawan senior Teguh Santosa mengenai masa depan media online.
Teguh Santosa yang adalah CEO RMOL Network mengawali penjelasannya dari fase perkembangan awal media massa berbasis internet di Indonesia yang terjadi pada dekade 1990an. Menurutnya, ini adalah gelombang pertama.
Dia mengatakan, pada masa itu jumlah pengakses internet belum begitu banyak, baru pada kisaran 500 ribu orang yang kebanyakan mengakses internet dari perkantoran. Ketika itu media massa berbasis internet atau media online yang terkenal antara lain adalah Detik.com, Lippostar.com, dan Astaga.com.
Namun karena market belum begitu besar, satu persatu media online yang ada tumbang. Hanya yang militan dan tidak menggunakan investasi besar, seperti Detik.com pada masa itu, yang dapat bertahan. Selain itu, Detik.com memiliki warna pemberitaan yang berbeda dibandingan dengan kebanyakan media cetak mainstream pada masa itu.
"Saat itu hanya orang-orang yang bekerja di perkantoran yang bisa mengakses internet," kata Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ini dalam program Jaya Suprana Show bertajuk “Masa Depan Media Online”, Jumat (26/2).
Mantan Anggota Dewan Kehormatan PWI itu mengatakan, media massa berbasis internet masih akan terus berkembang di masa depan. Tanda-tanda ke arah cerah itu sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu.
Perkembangan ICT, katanya, tidak hanya digunakan untuk pemberitaan semata.
Kepada Teguh, Jaya Suprana bertanya mengenai titik tertinggi perkembangan media online.
“Anda tahu bahwa setiap pertumbuhan akan mencapai titik puncak, titik jenuh. Menurut Anda apakah media online masih jauh dari titik puncak, atau sudah di ambang titik puncak?” tanya Jaya Suprana.
Menjawab pertanyaan itu, Teguh mengatakan, dirinya tidak tahu di mana titik puncaknya. Tetapi dia yakin, titik puncak itu masih jauh.
“Saya yakin kita sedang menanjak menuju ke ketinggian, dan saya tidak tahu dimana puncaknya,” ujar Teguh.
“Apakah tidak terhingga, invinitas?” tanya Jaya Suprana lagi.
“Mungkin sekali,” jawab Teguh.
Teguh juga juga mengatakan, keunggulan dunia digital begitu terasa di era pandemi Covid-19.
Bukan hanya untuk pemberitaan, platform digital juga digunakan di sektor pendidikan secara luas, juga di dalam forum-forum pengambilan keputusan para pemimpin dunia.
Tidak kalah penting, platform digital juga dimanfaatkan sebagai market place yang mempertemukan pelaku usaha baru dengan market.
Teguh mengutip data yang dirilis Hootsuite baru-baru ini yang menyebutkan bahwa setidaknya 202 juta warganegara Indonesia memiliki akses ke internet.
“Saya yakin masa depan media online akan cerah,” ujarnya.