Berita

Ketua Umum JMSI Ingatkan Falsafah Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara

Laporan: Tim Redaksi JMSI
KOMENTAR
post image
Ketua Umum JMSI Teguh Santosa (paling kanan) berbciara dalam temu penerima beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) di kampus FISIP UIN Jakarta, Jumat (13/12).

Mahasiswa dan generasi muda umumnya didorong untuk lebih adaptif, eksploratif dan berani bereksperimen dalam menghadapi disrupsi era digital yang menciptakan kondisi serba cepat, tidak menentu dan tidak pasti.

Kemauan mengeksplorasi berbagai peluang dan tantangan serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan menjadi dua kata kunci untuk mengubah tantangan menjadi peluang.

Berita Terkait


Demikian antara lain yang disampaikan Direktur Bank Aladin Syariah, Firdila Sari, ketika berbicara dalam kegiatan tatap muka penerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) bertema “Elevate Student’s Leadership Soft Skill and Financial Literacy” di Auditorium Bahtiar Effendy, FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Jumat, 13 Desember 2024.

Firdila mengingatkan, bahwa era digital diwarnai ketidakstabilan (volatility), ketidakpastian (uncertainty), kerumitan (complexity), dan kemenduaan (ambiguity).

“Perubahan tidak menunggu kesiapan kita. Ia akan terjadi begitu saja,” ujar Firdila.

Pemimpin muda di era digital, sambungnya, harus berani melampaui hal-hal yang sepintas tampak sudah jelas, serta melibatkan diri dalam dialog dengan berbagai pemikiran, serta merangkul berbagai ide meskipun ide-ide tersebut tampak sangat berbeda.

Sementara Donor Relation KSE DR. Yasmine Nasution dalam kesempatan yang sama mengatakan, kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki mahasiswa di saat mengikuti pendidikan. Aspek ini akan semakin penting setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan dan terjun ke tengah masyarakat.

Peningkatan kapasitas kepemimpinan mahasiswa, sebut DR. Yasmine lagi, secara konsisten dilakukan Yayasan KSE melalui berbagai kegiatan, seperti Community Development maupun Entrepreneurship Academy.

Yayasan KSE yang berdiri pada tahun 1995 memandang upaya bersama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa adalah kunci untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Sejak berdiri sampai kini, Yayasan KSE telah memberikan bantuan kepada lebih dari 30 ribu mahasiswa dari sekitar 35 perguruan tinggi negeri di Indonesia.

“Kami percaya bahwa sebagai pemimpin di masa depan mahasiswa akan melanjutkan perjalanan kehidupan bangsa, dan dengan bantuan para donor kami berusaha memberikan dukungan yang memadai bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial dalam menjalani pendidikan,” ujar DR. Yasmine lagi.

Dia berharap, pada gilirannya, penerima beasiswa KSE akan memberikan kontribusi terbaik mereka bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Dosen Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah, DR. Teguh Santosa mengapresiasi moto KSE, yakni sharing, networking, dan developing. Dia mengatakan, tidak mementingkan diri sendiri adalah syarat pertama dan  utama bagi setiap pemimpin.

“Pada dasarnya, pemimpin adalah orang yang memiliki visi untuk kebaikan hidup bersama dan mengajak lingkungannya untuk bergerak mencapai visi itu. Pemimpin yang baik tidak berjalan sendirian di depan, melainkan berjalan bersama-sama dan berangkulan. Ada saatnya pemimpin berjalan di belakang untuk memberikan dorongan positif bagi pergerakan ke depan,” ujar Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ini lagi.

Teguh mengatakan, di era digital yang serba tidak pasti dan menantang ini, falsafah yang diajarkan tokoh pendidik bangsa, Ki Hajar Dewantara, kembali relefan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Falsafah itu berbunyi “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya, di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat kebersamaan, dan dari belakang memberikan dorongan.

“Pada dasarnya, ini juga merupakan falsafah kepemimpinan yang harus kita ingat bersama, dan terapkan,” demikian Teguh Santosa.
 

 


 

Foto Lainnya

Natalius Pigai Tandatangani 'Deklarasi MenHAM-JMSI' di Samarinda

Sebelumnya

Natalius Pigai: Media Jangan Takut Kritik Pemerintah

Berikutnya

Artikel Berita